SKI News
Musim Hujan, Irigasi Ngawi Jadi Sorotan

Tim Pembina HIPPA dan GHIPPA Provinsi Jawa Timur cek pengelolaan irigasi pertanian di Ngawi
Suarakumandang.com, BERITA NGAWI. Sematan Ngawi sebagai salah satu kabupaten lumbung padi di Jawa Timur hingga kini masih melekat, angka produktifitas dan sarana penunjang lainya terus menjadi sorotan, terutama masalah tata pengelolaan irigasi.
Untuk memastikan kondisi tersebut bisa bertahan dan meningkat, Tim Pembina Himpunan Petani Pengguna Air (HIPPA) dan Gabungan Himpunan Petani Pengguna Air (GHIPA) Jawa Timur, melakukan kunjungan kerja ke kabupaten Ngawi (28/11/2018) lalu.
Perlunya memdapatkan fakta dilapangan menurut Ninik Arwandari, dari Dinas Pekerjaan Umum Sumberdaya Air (PU-SDA) Provinsi Jawa Timur merupakan program percepatan peningkatan tata guna air irigasi (P3TGAI).
Selain itu penerapan standar OP (Operasi Pemeliharaan) irigasi dari perkumpulan petani pengguna air (P3A) menjadi poin penilaian bagi pihaknya.“Kita memberikan arahan dan memeriksa baik itu administrasi maupun kondisi lapangan tata kelola dan tata guna air, karena untuk menghadapai penilaian opereasi dan pemeliharaan irigasi,” terang Ninik.
“Yang terpenting dalam kegiatan kunjungan lapangan ini adalah memaksimalkan dan memberdayakan petani secara berkesinambungan dalam mengelola irigasi air, sehingga tercipta distribusi air yang merata dan adil,” ujarnya.
Dipilihnya kecamatan Padas sebagai tempat kunjungan di banding dengan kecamatan lain , karena wilayah pertanianya memiliki prosentasi yang cukup besar.
Desa Tungkulrejo, adalah satu dari 11 desa yang memiliki tata pengelolaan irigasi yang memadai, karena mampu mengelola ketersediaan air baik saat musim kemarau maupun kala musim hujan tiba.
Dalam pengelolaan HIPPA Tirta Martani ( kelompok tani setempat-red), kesetabilan suplai air ke lahan pertanian warga dapat menjadi contoh.
Setidaknya jaringan irigasi primer sepanjang 1.500 meter, 1200 meter irigasi sekunder dan 4.500 tersier, mampu mencukupi ketersediaan air areal persawahan sekitar 58.160 Hektare, 7.250 lahan hutan dan 28.505 hektar lahan umum.
Terpisah, Kusumawati Nilam, Kabid Sarpraswil pada Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan (Bappelitbang), kabupaten Ngawi menegaskan, dengan adanya kelompok HIPPA yang berkualitas, maka bisa dipastikan kesejahteraan petani akan meningkat.
“Tim Pembina HIPPA dan GHIPPA provinsi Jatim, melakukan sendiri pemeriksaan dan penilaian sekaligus memberikan pengarahan, baik bagi pengurus maupun anggota HIPPA Tirta Martani,” jelas Nilam.
Saat ini musim hujan telah tiba, kualitas tata kelola irigasi untuk mengatur limpahan air agar tidak merusak tanaman menjadi taruhan. Status Ngawi sebagai kabupaten lumbung padi akan hilang jika persoalan air, kualitas bibit padi dan kesehatan lahan pertanian tidak menjadi prioritas perencanaan. Ahmad .