SKI feature
Tiap Hari Jum’at Kantor Dinas Sosial Magetan Ada Wujud Tapi Tak Ada Suara Manusia
PELATIHAN: Saat sejumlah staf Dinsos Kabupaten Magetan mengikui pelatihan bahasa isyarat.
Suarakumandang.com, BERITA MAGETAN. Hari Jum’at suasana Kantor Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Magetan, Jawa Timur tak seperti biasanya.
Sepi suara tapi ramai wujud. Itulah yang terjadi di Ruang Pelayanan Kantor Dinsos Kabupaten Magetan.
Tampak sejumlah staf Dinsos Magetan komunikasi tubuh. Mereka menggerakan tangan dan mulut untuk memperjelas gerakan tangan yang dimaksud.
Mereka menyebutnya bahasa isyarat sebagai komunikasi dengan satu sama lainnya.
“Mulai hari Jum’at sesama staf diharuskan menggunakan bahasa isyarat,” ujar Hamid Staf Dinsos Kabupaten Magetan. (Jumat, 7/6/2024).
Senada yang dikatakan Sutikno, meskipun komunikasi dengan bahasa isyarat tak selancar penyandang tuna rungu dan wicara. Namun dengan bantuan gerakan mulut, berharap lawan bicaranya memahami apa yang dimaksud.
Meski demikian, seluruh Staf Dinas Sosial tetap berusaha terus tidak bicara dan memilih menggunakan bahasa isyarat supaya tidak kena sanksi.
Sanksi yang diberikan bagi mereka yang melanggar aturan, akan dikenai sanksi sebesar Rp 2.000,” ungkap Sutikno.
Latar belakang Dinsos Kabupaten Magetan memulai program penggunaan bahasa isyarat di hari Jum’at berawal dari kesulitan menanggapi penyandang tuna rungu dan wicara.
Parminto Budi Utomo Kepala Dinsos Kabupaten Magetan menjelaskan bahwa penggunaan bahasa isyarat di Lingkungan Kantor Dinsos akan dilakukan setiap hari Jum’at.
“Hal ini dilakukan untuk memperlancar penggunaan bahasa isyarat bagi seluruh staf dan pendamping desa,” jelasnya.
Dijelaskan, ide penggunaan bahasa isyarat tersebut, karena pihak Dinsos pernah mengalami kesulitan saat memberikan pelayanan kepada sejumlah penyandang disabilitas tuna rungu dan tuna wicara.
Parminto Budi Utomo menceritakan, Kantor Dinsos saat itu pernah kedatangan tamu dari anak Pramuka tuna rungu dan wicara. Dari situlah pihaknya mengalami kesulitan komunikasi saat melayani mereka.
Mereka para penyandang disabilitas tuna rungu dan wicara membuat kesulitan untuk berinteraksi dengan masyarakat dan mengakses layanan publik di Dinas Sosial.
Parminto berharap dengan program ini, staf dapat berkomunikasi dengan mereka.
“Ya setidaknya mereka tidak mengalami kesulitan unuk mengakses layanan publik di Kantor Dinsos. Sebab kita ini merupakan salah satu leading sectornya,” papar Parminto kepada jurnalis suarakumandang.com.
Sebelum memberlakukan program Jum’at Sehati, Dinsos Magetan menggelar pelatihan bahasa isyarat bagi seluruh staf dan pendamping desa selama 2 hari.
“Ada 300 bahasa isyarat, namun dengan menguasai lebih 100 bahasa isyarat sudah cukup untuk komunikasi awal dengan mereka,” ucapnya.
Menurutnya, mempelajari bahasa isyarat tidak seberapa sulit untuk komunikasi awal mungkin sudah bisa meski masih sulit. Dengan membiasakan melalui Jum’at Sehati ini pasti lama kelamaan pasti bisa.
Sementara itu, yang memberikan pelatihan ke 50 staf Dinsos Magetan yakni Ratno instruktur bahasa isyarat mengaku untuk dapat berkomunikasi dengan orang yang berkebutuhan khusus secara baik setidaknya bisa menguasai 300 bahasa isyarat.
Disebutkan, dari sekian penyadang tuna rungu maupun wicara masih ditemukan kesulitan untuk mengurus Kartu Tanda Penduduk (KTP). ”Untuk pengurusan KTP atau sejenisnya mereka biasanya mengajak kami untuk menjelaskan kepada petugas,” urainya.
“Kita akan senang, jika semakin banyak orang mempelajari bahasa isyarat itu akan sangat membantu mereka untuk bisa bersosialisasi maupun berkomunikasi dengan masyarakat,” kata Ratno.
Sesuai data dari Dinsos Kabupaten Magetan ada 3.500 lebih penyandang disabilitas.
“Di antaranya mereka merupakan orang dengan tuna rungu maupun tuna wicara,” jelas Ratno.
“Pemerintah Kabupaten Magetan dengan adanya Jum’at Sehati diharapkan ada peningkatan layanan publik untuk penyandang disabilitas,” pungkasnya.
Jurnalis: Tim.