SKI News
UNESA Di Magetan, Suprawoto: Memutus Rantai Kemiskinan Adalah dengan Pendidikan
Suarakumandang.com, BERITA MAGETAN. Bangsa Indonesia sudah terlalu banyak persoalan yang harus dipikirkan. Salah satu persoalannya adalah tentang pendidikan. Saking pentingnya pendidikan, Suprawoto Bupati Magetan mengajak untuk memecahkan persoalan bangsa ini.
Ajakan tersebut disampaikan saat memberi sambutan di acara peletakan batu pertama pembangunan Universitas Negeri Surabaya (UNESA) di Kelurahan/Kecamatan Maospati, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, Kamis, (22/09/2022) lalu.
“Ayo kita pecahkan bersama persoalan bangsa ini, Pak presiden sudah terlalu banyak yang dipikirkan, mari kita ikut membantu presiden memecahkan persoalan bangsa bidang pendidikan. Pemerataan pendidikan jangan ngumpul di kota, jangan berpikir jangka pendek, mari kita berfikir untuk jauh ke depan,” kata Suprawoto saat sambutan.
Suprawoto bercerita, bahwa dirinya pernah belajar di berbagai perguruan tinggi di luar negeri. Bahwa di negara maju seperti Amerika, Jerman, Belanda, dan Australia tidak ada perguruan tinggi yang berada di tengah kota “Ngumpul di tengah kota,” jelasnya.
“Bahkan di negara Amerika itu ada sebuah kota yang mahasiswanya jauh lebih banyak jika dibandingkan penduduknya, dan itulah yang harus dipikirkan,” paparnya.
Menurut Suprawoto, mengentas kemiskinan tidak harus dengan memberi uang. ”Ada seorang ahli mengatakan orang miskin akan tetap bodoh dan orang bodoh akan tetap miskin. Cara memutus rantai kemiskinan itu apa, yang paling bagus, dengan pendidikan. Kita bisa duduk di situ karena kita punya pendidikan yang cukup,” jelas Suprawoto.
“Kita bisa lihat Yogyakarta dan kebetulan dulu saya sekolah di sana. Karena visi pimpinannya yaitu Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang dulu. Karena beliau pernah sekolah di Leiden Belanda. Dulu Yogyakarta itu adalah tempat di mana jumlah orang yang masyarakatnya kena hold out (HO) tinggi. Kalau tidak percaya coba buka tahun 1960-an dan Gunung Kidul itu dulu adalah tempat pusatnya HO,“ ungkapnya.
Lanjut Suprawoto, tapi prestasi nomor satu sekarang dimiliki oleh Yogyakarta. “Kenapa, karena sumber daya manusia. Karena apa, karena visi pimpinannya pak Sultan mendirikan universitas negeri pertama Universitas Gadjah Mada,” ucapnya.
BACA JUGA: Peletakan Batu Pertama Pembangunan UNESA di Magetan
“Tanahnya dikasihkan, Keratonnya diberikan untuk tempat kuliah. Dan apa yang terjadi kemudian inilah Yogyakarta. Inilah proses Yogyakarta jangan dimaknai kemudian tiba-tiba seperti ini, tidak. Tapi memerlukan waktu yang panjang karena visi. Itulah buah dari yang didapat oleh visi seorang pemimpin,” terangnya.
Maka dari itulah, lanjut Suprawoto, mengucapkan terima kasih kepada Universitas Negeri Surabaya ikut memecahkan persoalan bangsa ini. “Sehingga kemudian nantinya orang di daerah Magetan dan sekitarnya itu tidak keluar semuanya. Orang miskin di Magetan besok bisa sekolah hanya “bondo” sepeda ontel,” kata Suprawoto.
Suprawoto mengungkapkan betapa beruntungnya orang Yogyakarta dulu. Hanya “bermodal” sepeda bisa sekolah. “Namun ketika keluar dari Yogyakarta mereka punya SDM yang kompetitif tidak lagi menjadi tenaga yang kelas bawah, tetapi mempunyai tenaga-tenaga yang steril yang memadai dan itu kita harapkan di masyarakat Magetan,” tuturnya.
“Masyarakat kita nantinya ke depan jika keluar dari Magetan harus mempunyai tenaga yang kompetitif yang bisa diandalkan dan itu dijawab oleh Universitas Negeri Surabaya,” urainya.
Dalam acara peletakan batu pertama pembangunan UNESA di Magetan menjadi saksi untuk semuanya. Menurut Suprawoto ini merupakan jalan panjang seperti yang diceritakan oleh Nurhasan Rektor UNESA dan Suprapto Wakil Rektor UNESA. “Dan itu menjadi bukti bahwa kenapa kemudian Magetan kok menjadi salah satunya dalam memecahkan persoalan-persoalan itu tadi,” paparnya.
Suprawoto dalam sambutannya mengaku juga pernah diprotes oleh universitas swasta di Magetan, “Kenapa kok tidak membesarkan universitas swasta,” herannya.
Sambung Suprawoto, “Coba kita berkaca, “mohon maaf” ini terpaksa saya sampaikan di forum yang berbahagia ini, tidak pernah ada perguruan tinggi swasta di Magetan itu kalau tidak ada inang universitas negeri yang maju,” jelasnya.
Lanjutnya, kecuali di Kabupaten Salatiga. Karena Kabupaten Salatiga ada Universitas Kristen Satya Wacana yang berdiri sejak tahun 1950 memerlukan waktu yang begitu panjang dan didanai dari luar negeri yang besar.
“Kita llihat Universitas Muhammadiyah Malang besar, karena ada Universitas Brawijaya besar, UMS Solo besar karena ada UNS besar. Jadi universitas negeri itu tidak mematikan universitas swasta. Tidak sama sekali,” ungkapnya.
Ini perlu menjadi catatan, sambung Suprawoto, “ Justru sumber daya manusia universitas negeri itu bisa digunakan untuk memajukan universitas swasta dan itu terbukti di mana-mana di Indonesia,” jelas Suprawoto lagi.
Oleh sebab itulah ini harus menjadi perhatian catatan bahwa keberadaan UNESA tidak akan mematikan perguruan tinggi swasta. “Coba kita tengok di berbagai universitas swasta yang ada di Indonesia ini besar keberadaanya karena ada universitas negeri yang besar,” pungkasnya.
Jurnalis: Cahyo Nugroho.