SKI feature
Tanda Tangan Dari Surabaya Untuk Magetan
Suarakumandang.com, BERITA MAGETAN. Teringat perintah dari atasan (Bupati-red) melalui WhatsApp ia berharap untuk lebih fokus pada kesehatan, karena sakitnya ia sendiri harus menjalani perawatan di rumah sakit Surabaya.
Tapi dengan kondisi yang dialami, Ia harus menandatangani sejumlah berkas proyek tahun 2020 di Kabupaten Magetan. Menjalani itu dengan kondisinya dirawat di rumah sakit pastilah berat, namun semakin berat buat pria dua anak ini jika tidak menandatangani sejumlah Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) maupun surat lainnya dari perusahaan Commanditaire Vennootschap (CV) maupun Perseroan Terbatas (PT).
Rabu, (20/01/20210), sore itu usai adzan Azhar berkumandang dilangit Magetan, saat ditemui jurnalis Suara Kumandang di ruang kerjanya. “Assalamualaikum”… dari dalam ruangan pria yang murah senyum ini menjawab dengan lantang “Wa’alaikumsalam”.
Pria yang hidup bersahaja itu terlihat tetap tenang ketika ditanya soal kabar kesehatannya. Dia menjawab, “Alhamdulilah, sudah sehat” sambil tersenyum.
Adalah Muchtar Wahid Plt Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (DPUPR) Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Diakhir tahun 2020 pria yang tinggal di kawasan Magetan kota ini mengaku sempat dirawat di dua rumah sakit.
“Saya dirawat selama 14 hari, yaitu mulai pertengahan bulan November hingga awal Desember, pertama dirawat di Rumah Sakit dr. Sayidiman Magetan dan yang kedua dirawat di rumah sakit Surabaya,” kata pria yang akrab disapa Pak Muchtar ini.
Menurutnya, di bulan November hingga Desember atau akhir tahun merupakan hal yang terpenting untuk menyelesaikan tugasnya sebagai kepala dinas terkait kontrak proyek fisik maupun non fisik.
Jawab pria yang tinggal di perumahan sederhana ini ditanya alasan kuat apa yang membuat tetap harus menyelesaikan pekerjaannya dalam kondisi sakit.
Pria lulusan ITB Bandung hanya menjawab dengan senyuman.”Saya harus menandatangani semua berkas administrasi proyek. Sebab, kalau tidak segera saya tandatangani akan banyak teman-teman CV maupun PT khusus yang berkaitan dengan proyek DPU maka mereka akan kecewa,” ungkapnya.
“Kami harus melayani mereka (masyarakat-red) dengan hati, jika tidak saya tanda tangani maka akan banyak mereka yang tidak menerima apa yang semestinya mereka terima, sebab mereka juga bekerja untuk mencukupi kebutuhan orang banyak,” ucapnya.
Pria yang mempunyai warna kulit sawo matang ini mencontohkan,” Jika salah satu CV maupun PT surat kontrak tidak segera saya tanda tangani maka yang bersangkutan dengan CV maupun PT akan menanggung akibatnya,”paparnya.
Lanjutnya, dan itu akan berurutan mulai dari pengusaha, tenaga ahli, tenaga kerja bahkan sampai toko bangunan, warung makan, biaya hidup maupun lainnya. “Alasan itulah yang membuat saya harus menantanda tangani,”kata Muchtar.
Sudah tidak asing lagi, setiap akhir tahun semua kepala dinas pasti akan disibukkan dengan berbagai administrasi proyek yang berhubungan dengan bidangnya masing-masing. ”Kalau akhir tahun tidak segera diselesaikan maka dampaknya sangat besar dalam perputaran ekonomi di Magetan,” katanya sambil tersenyum.
“Di DPU sendiri jumlah proyek pada tahun 2020 ada 698 kontrak yang meliputi fisik dan non fisik. Kalau non fisik seperti tenaga konsultan, perencana dan masih banyak lainnya. Sedangkan fisik seperti jembatan, jalan, gedung, trotoar dan lain sebagainya. Salah satunya menanda tangani surat SPJ advertorial di mediamu juga mas,” cetusnya sambil tertawa kecil.
Dia juga menjelaskan dari 698 kontrak di tahun 2020 menelan anggaran kurang lebih Rp 170 miliar. “Anggaran itu dari APBD, APBN dan DAK,”paparnya.
“Kalau di DPU itu tumpuan untuk recovery ekonomi kemarin masa pandemik COVID-19 untuk melaksanakan anggaran tahun 2020 proyek ini sangat mendesak untuk dilaksanakan,”katanya.
Muchtar mencontohkan untuk recovery ekonomi di Kabupaten Magetan yang dikerjakan adalah jalan, saluran, trotoar, PJU dan masih banyak lainnya.
“Seingat saya teman-teman datang kerumah sakit Magetan satu kali, sedangkan di rumah sakit Surabaya 4 kali. Jadi bolak balik dari Magetan-Surabaya hanya untuk mendapatkan tanda tangan saya supaya pekerjaan tahun 2020 segera selesai dan Alhamdulilah akhir tahun 2020 selesai semua,”tenangnya.
Ditempat lain salah satu staf DPUPR Magetan yang enggan disebutkan namanya membenarkan jika selama Muchtar Wahid sakit dan dirawat di dua rumah sakit sering bolak–bolak ke rumah sakit untuk minta tanda tangan terkait proyek.”Dan itu permintaan beliau,”jawabnya dengan singkat.
“Iya mas, saya sering bolak–balik Magetan- Surabaya kerumah sakit untuk mendapatkan tanda tangan pak Muchtar, meskipun hanya sebatas tanda tangan akan tetapi pak Muchtar juga melakukan cek dengan teliti,”jelasnya saat ditemui di warung depan kantor DPU Magetan.
Namun ketika dimintai foto saat Muhctar di rumah sakit Magetan maupun Surabaya, staf berstatus pegawai Sipil Negara (PNS) tersebut mengaku tidak memiliki dan mengaku tidak memfoto saat Muchtar menanda tanganani surat dirumah sakit.
“Waduh mas saya nggak sempat ngefoto saat tanda tangan dan mengecek berkas pak Muchtar sambil duduk di atas tempat tidurnya kadang duduk dikursi dekat kamar tidur,”akunya.
Jurnalis: Cahyo Nugroho.
Pingback: Tanda Tangan Dari Surabaya Untuk Magetan | Kabar Magetan