Suarakumandang.com.BERITA MAGETAN. Akhir tahun 2019 di bulan Desember merupakan momentum baru dalam pengembangan arah pendidikan di lingkungan SDN Selosari Magetan. Sebuah pendidikan tingkat dasar yang terletak di jalan Mangunsidi-Magetan Kota, berjarak 1,2 KM dari Alon-Alon Kota Magetan. Arah ini adalah semangat keagamaan dengan berdirinya Madrasah Diniyah (Madin) Al-Muallimin. Madin biasanya tumbuh di pondok-pondok pesantren, di lingkungan sekolah berbasis madrasah di bawah Kementerian Agama (kemenag), atau di lingkungan masyarakat agamis bernotabeni afiliasi dengan faham keagamaan Ahlussunnah wal Jamaah Al-Nahdliyyah.
Kepala sekolah SDN Selosari, Harjito
adalah inisiator sekaligus pendiri dari pada Madin Al-Muallimin SDN Selosari
sendiri. Menurutnya, Madin diperlukan sebagai usaha supaya anak-anak tidak
ketinggalan pengetahuan agamanya, diperlukan perhatian orang-orang tua dalam
bekal agama mereka untuk persiapan masa depan mereka kelak. Pelajaran agama di
jenjang SD belum cukup bagi anaka-anak karena minimnya waktu yang tersedia.
Dalam satu minggu hanya empat jam pelajaran untuk pendidikan agama. Waktu
belajar formal mereka enam-tujuh jam. Dari jam 7 hingga jam sebelas belas atau
jam dua belas siang. Setelah itu mereka pulang ke rumah masing-masing.
Di rumah, mereka ketika sore hari ada
yang ikut les, ada yang ikut TPQ (pendidikan taman al-Qur’an), ada yang ikut
Diniyah, dan yang banyak di antara mereka hanya dihabiskan bermain dan diam di
rumah. Kondisi ini berbeda dengan di MI (Madrasah Ibtidaiyah) dimana porsi
pembelajaran agamanya setara dengan pembelajaran mata pelajaran umum atau
bahkan disebagain tempat porsi agamanya lebih banyak, misalkan dengan ditambah
kegiatan menghafal al-Qur’an, latihan qir’ah dan sebagainya. Otomatis jam
pulang di MI lebih lama dari SD, yaitu dari jam tujuh pagi hingga jam satu atau
jam dua sore.
Sebagai inisiator Harjito tidak serta
merta tetiba mendirikan Madin, namun yang ditempuh pertama langkahnya adalah
dengan mengumpulkan wali-wali murid SDN Selosari Magetan. Dengan alasan-alasan
serta pertimbangan yang dikemukakannya respon sebagian besar wali murid positif
atas inisiatif Harjito. Idenya semakin mantab untuk segera memulai pembelajaran
Diniyahnya. Namun demikian, Harjito tidak memaksakan kehendaknya apabila dari
wali murid tidak memperkenankan anaknya mengikuti kegiatan pendidikan di Dinyah
SDN Selosari. Bagi yang tidak mengikuti pendidikan Diniyah mereka bisa langsung
pulang selepas kegiatan pembelajaran formal sekolah.
Namun sedikit ganjalan muncul ketika
hendak menuju proses pembelajaran Diniyah. Karena guru-guru di SDN Selosari rata-rata
adalah guru-guru umum dan bukan berbasik agama. Otomatis dibutuhkan guru-guru
yang cukup mempuni di bidang agama. Disamping itu, kecermatan memilih tenaga
pengajar keagamaan juga harus diperhatikan jangan sampai tenaga pengajar
Diniyah Al-Muallimin SDN Selosari berfaham radikal, ekstrem, atau bahkan
berfaham teroris. Madin di Lingkungan SD ini adalah satu-satunya di Magetan
atau bahkan barangkali di Jawa Timur.
Adalah Reza seorang yang bertugas mengampu
pendidikan agama di SDN Selosari yang mempunyai sekitar 150 an siswa-siswi ini
yang kemudian dipercaya oleh Harjito sebagai pelaksana kegiatan pendidikan
Diniyah, diserahkan kepadanya untuk mencari guru-guru moderat alumni pesantren.
Tidak butuh waktu lama, Reza menghubungi teman-temannyayang mempunyai besik
pendidikan pesantren.Mereka dari beragam pesantren, dari alumni Lirboyo Kediri,
alumni pesantren Trangkel Pati, alumni Al-Khoziny Sidoarjo, alumni Sulaimaniyah
Sumenep, dan lain sebagainya kemudian bergabung menjadi tenaga pengajar yang
jika dilihat dari latar belakang mereka berfaham keagamaan yang moderat. Maka
tepatnya tanggal 13 Januari pendidikan Diniyah Al-Muallimin SDN Selosari secara
resmi dimulai.