SKI News
Kepala Desa Tamanarum Magetan Dalam Membangun Desanya Menjadi Lebih Produktif
Suarakumandang.com, BERITA MAGETAN. Sesuai data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magetan, Jawa Timur sekitar sebelum tahun 2019 lalu, wilayah Kecamatan Karas dan Kecamatan Parang jika musim kemarau tiba bisa dipastikan dilanda kekeringan mulai dari air bersih maupun pengairan untuk persawahan.
Seperti wilayah Desa Tamanarum, Kecamatan Parang sebelum tahun 2018 lalu, jika musim kemarau tiba bisa dipastikan sebagian masyarakat ada yang kekurangan air bersih dan air untuk pengairan sawah.
Sehingga sebagian masyarakat banyak yang tidak melakukan aktifitas bercocok tanam. Akibatnya mereka memilih keluar untuk menjadi pedagang seperti jualan mie ayam maupun bakso atau lainnya.
Lanjar Karni Kepala Desa Tanamarum , Kecamatan Parang, Kabupten Magetan, Jawa Timur yang sudah menjabat selama 3 periode sejak 2008-2023 ini tidak tinggal diam.
Untuk mengatasi kekeringan di wilayahnya pada tahun 2019 dan 2021 mendapat bantuan Proyek Pengembangan Air Tanah (P2T) dari Pemerintah Kabupaten Magetan dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Namun sebelumnya pihak Desa pada tahun 2018 sudah membeli satu unit P2T yang dianggarkan dari Anggaran Dana Desa (ADD).
Berjalannya waktu, sekitar tahun 2019 masyarakat Desa Tamanarum sudah tidak lagi mengalami kesulitan air bersih maupun kekurangan air untuk aliran sawah.
“Sejak adanya P2T dan Waduk Gonggang persawahan di Desa kami mulai bisa berproduksi setahun 3 kali panen, padi, padi dan polowijo,” ujar Karni kepada jurnalis suarakumandang.com.
Hasil panen mereka meningkat dua sampai tiga kali lipat. Dari luas sawah di Desa Tamanarum 94 hektar. Kini dalam satu tahun mampu panen padi dua kali dan polowijo satu kali panen.
“Per hektar mampu menghasilkan 4 Ton padi, jika dikalikan 94 hektar akan mendapatkan padi sebanyak 376 ton, dan dalam satu tahun sekarang bisa panen padi dua kali, jika dikalikan 376 ton dikalikan 2 persawahan Desa Tamanarum mampu menghasilkan padi 752 ton padi,” urainya.
Sedangkan untuk panen polowijo Desa Tamanarum mampu menghasilkan 6 ton per hektar.
Namun dalam mencukupi kebutuhan pengarian 94 hektar sawah di Desa Tamanarum masih ditunjang pengairan teknis.
Diceritakan, sebelum hasil panen di Desa Tamanarum dalam satu tahun hanya mampu menghasilkan separuh dari sekarang.
Semua itu butuh proses untuk mendapatkan yang terbaik. “Sebelum adanya P2T dan Waduk Gonggang banyak masyarakat warga Desa Tamanarum merantau keluar,” jelasnya.
“Ada yang menjadi tenaga kerja di luar negeri, ada yang menjadi penjual bakso dan mie ayam,” paparnya.
Sesuai data dari Pemerintah Desa Tamanarum, mayoritas mereka merantau ke kota besar seperti Surabaya atau Jakarta bekerja sebagai penjual mie ayam dan bakso.
”Jumlahnya berapa saya tidak tahu persis, namun kebanyakan dari mereka merantau hanya dalam waktu kurang dari setahun, setelah itu kembali bercocok tanam,” terangnya.
Meski sawah mereka dalam satu tahun bisa panen padi dua sampai tiga kali, mereka tetap merantau dan kembali saat panen padi tiba. Namun jumlah yang merantau sejak tahun 2018 sudah menurun sekitar 10 persen dari 4.500 jumlah warga Desa Tamanarum.
Sementara itu, 3 periode selama 18 tahun bukan waktu yang sebentar dan mudah untuk mewujudkan Desa Tamanarum menjadi yang produktif.
Banyak lika-liku yang dilalui oleh Karni. Namun dengan kepastian dan amanah yang diberikan sebagai Kepala Desa Tamanarum akhirnya Desa yang sebelumnya dikenal wilayahnya kering jika musim kemarau tiba, kini menjadi Desa yang produktif dengan harapan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.
Jurnalis: Cahuo Nugroho,