Connect with us

SKI News

Demi kemajuan, Magetan Harus Jadikan Pariwisata Sebagai Arah Pembangunan

Published

on

Arif Rahman

Magetan.Suarakumandang.com-“Tidak ada pilihan lain bagi Magetan selain menjadi sebuah kota wisata berwawasan ecotourism ditunjang dengan pertanian dengan konsep agrowisata dan agropolitan,” kata Arief Rahman, ST, MM dalam diskusi terbatas di Kantor Kadin Jawa Timur (20/5/2017).

Diskusi ini untuk mencari konsep strategis pembangunan daerah kabupaten/kota di Jawa Timur berbasis potensi lokal dan karakter unik daerah.

Calon Bupati Magetan ini menyampaikan, target pemerintahan Jokowi-JK untuk mendatangkan 20 juta wisatawan mancanegara ke Indonesia pada tahun 2019 merupakan tantangan sekaligus kesempatan emas. “Setidaknya ini visi cerdas yang harus ditangkap oleh Magetan yang sejak lama ingin menjadi destinasi wisata unggulan dengan tagline Magetan the beuty of Java,” kata Dewan Penentu Kebijakan Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Jawa Timur ini.

Arief Rahman yang asli Magetan ini sangat yakin sektor pariwisata lah yang akan mampu menjadi lokomotif pembangunan ekonomi menuju kemakmuran. Karakter unik daerah Magetan, menurut Arief, sangat tepat dijadikan kota wisata.

“Lihat saja dari letak geografis, letaknya di perbatasan Jatim Jateng, situasi topografi yang berada di kaki Gunung Lawu, suhu dan iklimnya, serta aspek sosial budayanya, paling pas Magetan dikembangkan sebagai destinasi wisata skala nasional bahkan internasional. Apalagi Magetan punya ikon Telaga Sarangan yang sudah populer dan melegenda,” papar Arief Rahman.

Pendapat ini dibenarkan oleh Dwi Cahyono, SE, Ketua BPPD Jawa Timur. Pemilik Museum Resto Inggil Malang ini mengatakan, banyak ‘harta karun’ wisata Magetan belum terungkap.

“Di era tourism lifestyle sekarang ini, hampir semua sudut wilayah dapat disulap menjadi obyek wisata. Meski yang tidak mempunyai modal, setiap potensi obyek bisa segera berjubel pengunjung hanya karena keajaiban sosial media,” kata penggagas dan pemilik hak cipta Festival Malang Tempoe Doeloe ini.

Menurut Dwi, syarat pulling factor menarik wisatawan dari sebuah obyek bisa dari sisi geografis, keunikan, akses, juga history atau kesejarahan.

“Magetan sangatlah beruntung. Mempunyai satu faktor saja bisa menghidupi seluruh wilayah, apalagi Magetan mempunyai hampir semua syarat tersebut,” kata Dwi Cahyono yang dikenal sebagai pelestari cagar budaya di Malang.

Dwi Cahyono menambahkan, sudah saatnya magetan berdiri tegak dengan menjadikan pariwisata sebagai leading sector. Sudah waktunya PAD Magetan melampaui kota-kota pariwisata lainnya di Jatim. “Saatnya Magetan menuai harta karun yang dimilikinya,” tegas Dwi Cahyono.

“Pertanyaanya sekarang, beranikah Magetan menjadikan pariwisata sebagai arah tujuan pembangunan. Jika kota lain yang tidak punya potensi besar sisi pariwisata saja berani mempertaruhkan strategi jangka panjangnya pada pariwisata, bagaimana Magetan?” tantangnya.

Lokomotif Ekonomi

Sektor pariwisata lanjut Arief Rahman, bila digarap secara serius dan maksimal dipastikan bisa melejitkan perekonomian masyarakat Magetan.

“Pariwisata ini multiplier effect-nya luar biasa. Ini ibarat lokomotif yang bisa menarik ‘gerbong-gerbong’ sektor primadona lain di Magetan seperti pertanian, industri kulit, kerajinan, perkebunan, peternakan, pedagangan, kuliner dan jasa. Muaranya nanti lapangan kerja baru terbuka, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan rakyat,” kata kandidat doktor Ilmu Manajemen Universitas Airlangga di bidang Manajemen Strategi ini.

Contoh riil, kata Arief Rahman, bisa dilihat di Kota Batu. Daerah dengan tiga kecamatan dan penduduk hanya 200 ribu jiwa itu, terdongkrak perekonomiannya oleh kemajuan sektor pariwisata yang memang menjadi visi utama pemerintah.

“Hasilnya dalam 10 tahun ini bisa dilihat. Wisatawan dari hanya 900 ribu per tahun melonjak hingga 3,95 juta tahun 2016 lalu. Otomatis PDRB (Produk Domestik Regional Bruto, red) juga melompat. Tahun 2009 masih di kisaran Rp 2,5 triliun, kini sudah menembus Rp 11 triliun. Ini berarti ekonomi jalan dan tumbuh pesat,” terang Arief Rahman.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Batu tahun 2016 bisa sampai Rp124 miliar. Sementara Magetan dengan jumlah penduduk 821 ribu jiwa, PAD nya masih di kisaran Rp140 miliar.

“Bagi saya tidak ada pilihan lain bagi Magetan selain menjadikan pariwisata sebagai prioritas pembangunan. Sektor lain sebagai pendukung untuk terwujudnya visi tersebut. Semua tetap jalan,” kata Arief Rahman.****

 

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *