Connect with us

SKI feature

Cerita PSK di Magetan soal Perilaku Pria Hidung Belang dan Curhatnya

Published

on

ILUSTARI

Suarakumandang.com,BERITA MAGETAN. Madusari atau biasa disebut Mbaben dulu sebelum ditutup merupakan tempat lokalisasi. Ada sekitar 75 PSK yang mangkal di tempat tersebut. Tahun 2013 akhirnya ditutup oleh pemerintah kabupaten Magetan. Waktu itu Sekda Magetan masih dijabat oleh Mei Sugihartini yang saat ini menjabat sebagai Inspektorat Kabupaten Magetan.

Sekarang Madusari tinggal kenangan. Hanya sebagian mantan PSK yang tinggal di Madusari  karena membuka usaha dengan modal Rp 3 juta dari pemerintah propinsi melalui pemeritah kabupaten Magetan.

Ternyata upaya pemerintah propinsi jawa timur menutup tempat prostitrusi khususnya yang ada di Magetan tidak membawa dampak hilangnya para PSK di Magetan. Ini dibuktikan disejumlah titik warung di Magetan masih banyak ditemui PSK yang berdalih berjualan kopi cangkir.

Warung itu terdapat di Magetan bagian selatan. Sepintas warung seperti layaknya warung pada umumnya. Namun hampir semua pembeli adalah seorang laki-laki diatas umur sekitar 25 tahun.

Tak diduga ternyata warung dengan ukuran 4 X 8 meter ini begitu masuk didalam ada 7 PSK yang sedang menunggu tamunya. Sebagian tamu laki-laki hanya mampir minum kopi sebagian juga ada dari mereka sedang ngobrol bercanda dengan salah satu PSK.

Dari 7 PSK dua PSK dulu pernah menjadi PSK di Madusari Maospati Magetan.

Adalah Minten (nama samaran), sejak pindah dari Madusari dia menjadi PSK di salah satu warung kawasan kecamatan Kawedanan.

Selama di warung dan Madusari Minten mengaku sudah melayani ratusan pria hidung belang mulai dari anak-anak remaja hingga pria lanjut usia.

Minten pernah kuliah tapi semester 3 putus dijalan karena mengikuti kemauan suaminya.”Kami sudah cerai sekitar 12 tahun lalu, perceraianku karena dipicu orang ketiga yang dulu teman SMP sekarang bersuamikan dengan mantan suami saya,”ucap Minten tergesa-gesa menutup cerita lama itu.

Minten menceritakan pengalamannya kepada Suarakumandang saat melayani pria hidung belang. Dia mengaku sudah mempunyai dua anak yang masih duduk dibangku SMP dan SMA. Sedikit takut ketika kami berusaha menanyakan tentang pengalaman selama menjadi PSK .

Minten saat itu berumur 39 merasa beruntung jika tak jadi melayani anak muda sedang mabuk. Sebab pemabuk kalau bermain mintanya aneh-aneh.”Pura-pura datang bulan kalau lagi males melayani  tamu yang hanya membuat kamar aroma minuman keras terkadang saya harus membersihkan mutahan tamu,”kata Minten.(bulan 06/2017) lalu.

“Lebih suka dengan pria usianya lebih tua dari saya, mereka tenang, bahkan lembut dan santai dan satu hal yang paling saya sukai  yaitu duitnya cukup lumayan,”kata Minten warga Magetan.

Dari pengalaman menjadi PSK  ratusan hidung belang yang dilayani, dia menilai jika melayani tamu diatas usia 40 itu mayoritas yang dibutuhkan tidak hanya hubungan intim akan tetapi ketenangan  saat kebersamaan.”Bahkan ada juga tamu kesini yang hanya untuk tidur terus sorenya pulang terkadang pernah menginap, tapi tamu itu sudah berlangganan, saat bersama kami berdua belum tentu akan melakukan hubungan intim,”kata Minten.

“Katanya sih disini tenang, tidak ada yang menggangu, mereka rata-rata pekerja  kantoran ada juga pekerja lapangan, tapi yang lebih banyak pekerja kantoran,”ucapnya sambil sesekali membuka androidnya.

Minten sudah punya langganan. Bisa dikatakan istri simpanan, tiap satu minggu sekali diberi uang, meski terkadang kesini tidak melakukan hubungan intim, paling hanya  istirahat tiduran 3 sampai 4 jam pulang, “Kalau nggak gitu sore waktunya orang pulang kerja juga ikut pulang, tapi pas repot itu kalau pelanggan mau datang, saya harus cepat-cepat melayani tamu yang bukan langganan dengan berbagai cara mulai dari bermainnya supaya dia cepat keluar dan “selesai”, ”beber Minten.

“Dengan tamu yang sudah berlangganan sambil tiduran kami berdua ngobrol, terkadang curhat tentang pekerjaan yang belum selesai terkadang juga curhat tentang anak dan istrinya. Dalam situasi itu saya harus pinter-pinter membuat perasaan dia merasa tenang dan nyaman, akhirnya duitnya bisa keluar banyak dan mau kembali lagi,”ucap Minten sambil tersenyum kecil.

“Saya pernah dijadikan istri simpanan tapi nggak jalan lebih dari 3 bulan, saya dikontrakan disalah satu perumahan di Magetan. Gara-gara ketahuan teman istrinya karena kepregok disalah satu mall di kawasan Madiun saya akhirnya mengalah untuk pergi dan kembali disini,”ungkapnya sedikit rasa menyesal.

Minten mengaku selama 3 bulan dikontrakan hidupnya serba kecukupan, mulai biaya hidup kebutuhan rumah tangga, sepeda motor, dan property rumah semua sudah lengkap dan satu hal lagi biaya sekolah dari kedua anaknya tercukupi.”Itu sekitar 2016 lalu”ucapnya.

Minten mengaku motifnya hanya uang. “Lumayan gede untuk satu bulan, dia kesini hanya saat pingin istirahat dengan tenang jauh dari polusi hp, suara maupun sahabat kerjanya, kalau soal keluarga apapun dia tetap nomor satu,”ucapnya sambil pandangan kosong.

Dari 7 PSK yang ditemui suarakumandang.com mereka umumnya mengaku tak pernah sama sekali menikmati seks sesaat. Demi kepuasan pelanggan mereka pun harus berpura-pura. “Biar cepat saja mas, kan kalau pelanggan mendengar desahan pasti senang dan cepat keluar,”selesai”,”ujar PSK lainnya.

Demi mengejar rupiah para PSK harus pandai memilih tamu yang datang.”Bermacam-macam tamu yang datang, ada yang duduk sebentar langsung ke kamar, ada juga duduk dulu sambil ngopi, biasanya tamu seperti itu kalau memberi uang lebih banyak ketimbang duduk sebentar langsung main dan pulang,”kata Minten sedikit malu.

“Yang enak itu diajak cerita-cerita dulu nanti kalau keenakan lupa waktu, kalau habis dari kamar biasanya memberinya bisa 3 sampai 4 lipat dari pada datang langsung ke kamar,”kata Minten.

Pengalaman menyakitkan kerap sekali menyertai mereka saat melayani tamu. Mulai dari penggunaan alat kontrasepsi yang menyakitkan, melakukan seks yang tak nyaman, hingga kekerasan saat berhubungan.”Ada main kasar hingga rambut ditarik bahkan ada juga yang menggigit,”kata Minten sambil menunjukan luka di pundak kiri.

Kisah –kisah para PSK ini akan menjadi kenangan saat usai mereka memasuki setengah abad. Harapan untuk melangsungkan kehidupannya akan terasa sirna jika tempat mangkal mereka akan ditutup seperti lokalisasi Madusari 2013 lalu.

Jurnalis: Cahyo Nugroho.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *