SKI feature
Cerita dibalik Jasa Penitipan Kendaraan di Magetan
Suarakumandang.com,BERITA MAGETAN. Ketika malam menjelma hanya berteman bulan dan bintang disertai suara mesin bus antar propinsi yang lalu lalang. Pria 50 tahun ini hanya menutup telinganya dengan topi gunung sambil tiduran di kursi yang tak jauh dari puluhan kendaraan roda dua terpakir di penitipan dimana tempat dia bekerja.
Malam semakin larut, suasana semakin dingin memaksakan jaket dan sarung yang dikenakan semakin di kencangkan. Ini dilakukan untuk mengurangi rasa dingin yang dirasakan ditengah malam itu.
Malam itu tak jarang juga pria dengan murah senyum ini terbangun dengan tergesa-gesa ketika penitip ingin mengambil kendaraannya.
Penitipan sepeda motor atau penitipan sepeda ontel sering dijumpai di kawasan terminal, pasar, perempatan jalan raya maupun di pertigaan jalan raya. Jasa yang satu ini sepertinya tak akan pernah tergeserkan dengan majunya jaman.
Terbukti dengan majunya teknologi dengan adanya ojek online telepon genggam keberadaan jasa penitipan kendaraan roda dua ini makin subur .
Adalah Lukman pria empat anak ini bekerja sebagai jasa penitipan kendaraan roda dua sudah digeluti sejak 15 tahun Lalu.
Dengan gaji bagi hasil 60 % -40 % pria ini mempunyai tanggung jawab membiayai kempat anaknya yang masih sekolah.”Anak pertama saya kuliah di Jember mas semester 4. Sedangkan adik-adiknya masih sekolah di bangku SMP dan SD,”kata Lukman .
Istri Lukman bekerja dipasar di kawasan Kabupaten Madiun sebagai penjual makanan dan jajanan.Pria yang tinggal dikawasan Dolopo Kabupaten Madiun ini mengaku bersyukur bisa menkuliahkan di universitas negeri di Jember.
Dia berharap kelak keempat anaknya menjadi penerus bangsa yang baik .”Biar orang tuanya saja yang bekerja seperti ini, yang penting anak-anak bisa sekolah tinggi dan mendapat pekerjaan yang layak, jangan kayak bapak ibunya,”cetusnya sambil tersenyum.
“Kalau pembagian gaji 60 persen buat karyawan dibagi dengan 3 orang, sedangkan yang 40 persen pemilik tempat penitipan. Yah…rata-rata kalau hari biasa 1 kali 24 jam dapat sekitar 150 sampai 200 ribu mas, tapi kalau pas hari ramai bisa mencapai sekitar 300 sampai 500 ribu, ramainya pas hari libur saja mas, kalau lebaran malah sepi, “kata Lukman .
Saat ditanya keluh kesah menjadi tukang penitipan, Lukman menjawab, “Banyak mas, menitipkan sepeda motor di tengah malam, terkadang sebaliknya.”Terkadang ada juga yang menitipkan sepeda motor hingga berbulan-bulan lamanya, terus terang itu membuat saya khawatir , iya kalau sepeda motor itu hasil curian atau gimana gitu,”takutnya.
Namun Lukman juga sering menemui sepasang laki-laki dan perempuan yang bukan suami istri sedang berjanjian.”Ya itu dugaan saja mas, soalnya anehnya kalau istrinya atau suaminya kok menitipkan sepeda motor sering sekali bahkan satu minggu sekali bahkan 1 bulan 2 sampai 3 kali, apalagi tiap sore terus mereka pulangnya malam , itu dilakukan pas hari kerja, “ya sekitar jam Sembilan gitu, ya biasanya mereka berdua pakai pakaian seragam kantoran,”katanya.
“Tapi yang jelas kalau dilihat dari penampilan dan saking seringnya kebanyakan bukan pasangan suami istri, ya itu dugaan aja,”kata Lukman sambil tertawa kecil.
Biasanya mereka janjian sekitar pukul 4 sampai 5 sore terus malamnya sekitar pukul 7 sampai 9 malam mereka baru pulang, entah darimana saya juga nggak berani untuk menanyakan, dan itu sering,”ucap Lukman.
“Ada juga berangkat pagi pulang sore, tapi yang jelas kebanyakan berangkat sore pulang malam. Dan rata-rata usia mereka di atas 35 sampai 45 tahun. Kalau yang lainnya saya tidak tahu persis, itukan urusan mereka yang penting saya kerja dia titip bayar sudah cukup buat saya, ”kata Lukman lagi.
Bahkan bekerja sebagai tukang penitipan sering dimintai tolong oleh penitipnya. Dimana seorang wanita pernah menitipkan sepeda motornya untuk menempatkan paling ujung supaya tidak terlihat.”Minta ditiitipkan sepeda motornya untuk ditempatkan paling ujung , katanya sepeda motornya supaya tidak kelihatan ‘gitu aja pesannya’,”tutur Lukman sambil menirukan sipenitip.
Selain sering dimintai tolong dan menjumpai sepasang anak manusia sedang janjian, Lukman juga sering menerima maupun mengambil kendaraanya ditengah malam.”Mau bagimana lagi, namanya juga penitipan 24 jam, saya mau nggak mau harus melayani. Biasanya orang seperti itu pulang dari kota besar seperti Surabaya, Malang, dan Yogyakarta,”akunya.
Selama bekerja sebagai penitipan sudah 2 kali ada orang menitipkan speda motornya hingga 6 bulan lamanya. Namun mengetahui hal tersebut pihak penitipan tidak mempermasalahkan. “Saya hanya berpikir kalau orang yang menitipkan itu paling lupa atau gimana,”jelas Lukman lagi.
“Berjalannya waktu orang tersebut datang juga untuk mengambil sepeda motor. Setelah mendapat penjelasan lama tidak mengambil sepeda motor karena dia sedang sakit.Itu kalau nggak salah dia pergi ke kalimantan terus di kalimantan dia sakit,”kata Lukman lagi,
“Kalau sesuai aturan dia bayar penitipan Rp 6 ratus ribu, tapi karena alasan yang jelas dan pihaknya minta tolong akhirnya kami sepakat dia bayar separuh,”akunya.
Sementara itu, bekerja sebagai penitipan sepeda motor maupun sepeda ontel di kawasan terminal Maospati banyak mengundang rahasia yang tidak bisa diungkapkan oleh Lukman.Menurutnya itu bukan urasannya. Cahyo.