SKI Artikel
Antara Magetan dan Makassar: Napak Tilas Perjuangan Pangeran Diponegoro dan Putra-Putranya
Suarakumandang.com,BERITA MAGETAN.Siapa sangka Magetan dan Makassar punya hubungan yang erat dalam perjuangan melawan penjajah di masa lalu. Hubungan ini terungkap saat 30 perwakilan Trah Pangeran Dipokusumo (putra kedua Pangeran Diponegoro) dari Desa Purwodadi Magetan melakukan napak tilas ke makam Pangeran Diponegoro di Makassar pada tanggal 30 Maret – 1 April 2018 lalu.
Di Makassar, rombongan dari Magetan ini disambut oleh keturunan Pangeran Diponegoro yang telah menetap di Makassar sejak beliau ditahan oleh Belanda kesana antara tahun 1833-1855. Rasa bangga sekaligus haru menyelimuti kedua belah pihak, karena akhirnya bisa bertemu setelah sekian lama hanya berkomunikasi melalui media sosial dan internet.
Rombongan dari Magetan dikoordinir oleh Raden Paimin dan Raden Septian Diponegoro, sementara dari Makassar dipimpin oleh Raden Mas Iskandar Diponegoro dan Raden Mas Dani Eka Saputra. Pertemuan ini diprakarsai langsung oleh Ki Roni Sodewo, ketua PATRA PADI (Paguyuban Trah Pangeran Diponegoro) seluruh Indonesia.
Tujuan napak tilas ini adalah mewujudkan keinginan keluarga keturunan Pangeran Diponegoro di Jawa, khususnya dari jalur putra keduanya Raden Mas Dipokusumo untuk berziarah di makam Pangeran Diponegoro dan silaturahmi dengan keluarga besar di Makassar. Ini dikarenakan pada saat pengasingan oleh Belanda, yang diajak Pangeran Diponegoro adalah istri ke empatnya yang bernama Raden Ayu Ratnaningsih yang juga menurunkan keturunan di Makassar. Sehingga hubungan persaudaraan antara generasi keturunan Pangeran Diponegoro diharapkan semakin erat mengingat jarak dan makin banyaknya jumlah keturunan beliau saat ini. Selain itu juga napak tilas untuk mengunjungi tempat yang ada hubungannya dengan perjuangan-perjuangan Pangeran Diponegoro, seperti Fort Rotterdam. Yang mana ini merupakan benteng Belanda tempat untuk mengasingkan Pangeran Diponegoro dan keturunannya di Makassar. Disinilah Pangeran Diponegoro menulis langsung Babad Diponegoro yang berisikan biografi dan riwayat perjuangan-perjuangan beliau dalam Perang Jawa/ De Java Orlog (1825-1830) dalam mempertahankan bumi Mataram dari penjajah Belanda. Babad Diponegoro ini telah diakui sebagai warisan dunia oleh UNESCO yang saat ini digunakan sebagai salah satu sumber referensi akurat tentang Pangeran Diponegoro dan Perang Jawa.
Napak tilas ini juga mengawali keinginan keluarga besar trah Diponegoro untuk berkiprah lebih jauh bagi pembangunan bangsa. Hal ini disampaikan oleh para sesepuh keluarga yang ikut seperti Ki Roni Sodewo, R. Sugiarta Dipodanudirjo, R. Paimin, R. Soedjono Sastrodiwiryo, R. Ngt Warsi, R. Ngt Nur Chasanah dan R. Hendra Tri Utomo. Dalam rombongan juga termasuk R. Harryadin Mahardika, calon walikota Madiun yang merupakan keturunan ketujuh Pangeran Diponegoro dari jalur Pangeran Dipokusumo. Bersama dengan Yok Sujarwadi selaku Camat Barat dan R. Ngt Suci Minarni, keturunan ke lima Pangeran Diponegoro yang juga kepala desa Purwodadi.
Kegiatan ini diakhiri dengan pembentukan sebuah paguyuban keluarga yang bertujuan untuk wadah persatuan dan kesatuan keluarga yang diberi nama Paguyuban Trah Pangeran Diponegoro – jalur R.M Dipokusumo (PATRA PADI KUSUMA). Selain itu agar garis silsilah tidak hilang dan bisa menciptakan generasi-generasi penerus yang mampu melanjutkan perjuangan Pangeran Diponegoro kelak. Paguyuban keluarga ini diresmikan pada tanggal 1 April 2018 pukul 09.00 WITA di Makassar yang diketuai oleh R. Septian Bagus Winata, dan sebagai Dewan Penasehat dipilihlah Dr. R. Harryadin Mahardika, R. Paimin, R. Sugiarta Dipodanudirjo.
Rencana terdekat kegiatan Patra Padi Kusuma adalah mengkoordinir seluruh keturunan Pangeran Diponegoro dari jalur putra keduanya Raden Mas Dipokusumo. Mengingat dulu beliau merupakan seorang Panglima Perang di Brang Wetan saat Perang Jawa berlangsung dan menjadi seorang Adipati di Kadipaten Purwodadi. Selain itu pengurus paguyuban berusaha menyusun rencana agenda untuk menyelamatkan, melestarikan dan menjaga peninggalan cagar budaya berupa Kadipaten Purwodadi yang terletak di Desa Purwodadi, Kecamatan Barat, Kabupaten Magetan. Antara lain adalah rencana menciptakan koperasi keluarga, menjalin komunikasi baik dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur di Trowulan-Mojokerto untuk rencana rekontruksi peninggalan tersebut dan agenda tahunan Festival Budaya yang diberi nama Gumelaring Kadipaten Purwodadi. Oleh: Raden Septian Bagus Winata