SKI News
Alasan Kuat Didirikan UNESA di Magetan, Jawa Timur
Suarakumandang.com, BERITA MAGETAN. Tentunya bukan tanpa alasan yang kuat kenapa Suprawoto saat menjadi Bupati Magetan periode 2018-2023 mengibahkan tanah milik negara untuk dibangun sebuah Universitas Negeri.
Pro dan kontra mewarnai polemik masyarakat Magetan saat akan dibangun Universitas Negeri Surabaya (Unesa) di Kabupaten Magetan.
Bermacam komentar, salah satunya ada yang mengatakan dibangun di sekitar kelurahan Maospati karena dekat dengan rumahnya.
Bahkan lebih parahnya lagi ada yang mengatakan “kuliah buat apa kalau ujung ujungnya nganggur “.
Namun pria 3 anak ini tetap pada pendirianya. Sebab, mengibahkan tanah untuk kepentingan umat banyak merupakan perbuatan yang mulia untuk kemajuan Magetan khususnya Republik Indonesia dibidang pendidikan. Karena pendidikan bagian untuk kemajuan bangsa,
Dikutip di suarakumandang.com, Kamis, (22/09/2022), Suprawoto berpendapat bahwa untuk mengentas kemiskinan tidak harus dengan memberi uang.
Seorang ahli mengatakan orang miskin akan tetap bodoh dan orang bodoh akan tetap miskin.
Suprawoto dalam sambutanya saat usai peletakan batu pertama pembangunan Unesa di Maospati Magetan menuturkan bahwa untuk memutus rantai kemiskinan yang paling baik adalah dengan pendidikan.
Dia mencontohkan daerah Yogyakarta tempat dimana yang dulu pernah menimba ilmu .
Yogyakarta sekitar tahun 1960 dimana sejumlah orang masyarakatnya kena Hold Out (HO) tinggi. “Kalau tidak percaya coba buka buku tahun 1960-an dan Gunung Kidul itu dulu adalah tempat pusatnya HO,“ jelas Suprawoto dalam sambutannya.
Mengetahui hal tersebut, akhirnya Sri Sultan Hamengkubuwono IX mengibahkan sebagian tanah kraton untuk mendirikan Universitas yang saat ini bernama Universitas Gadjah Mada atau yang biasa disebut UGM.
“Pada awalnya untuk kegiatan perkuliahan dilakukan di Kraton,”kata Suprawoto.
Dikatakan, tekad kuat Sri Sultan Hamengkubuwono IX mendirikan Universitas karena sebelumnya Dia pernah menimba ilmu di negara Belanda.
“Sehingga sepulang dari Belanda Beliau mendirikan universitas yang bertujuan Yogyakarta supaya tidak tertinggal,”paparnya.
Berjalannya waktu, akhirnya prestasi nomor satu sekarang dimiliki Yogyarkarta. Karena keinginan saat itu Sri Sultan Hamengkubuwono IX menghendaki Yogyakarta lebih baik dengan membangun melalui Sumber Daya Manusia (SDM).
“ Inilah proses Yogyakarta jangan dimaknai kemudian tiba-tiba seperti ini, tapi memerlukan waktu yang panjang. Itulah buah dari yang didapat oleh visi seorang pemimpin,” terangnya.
Maka dari itulah, lanjut Suprawoto, mengucapkan terima kasih kepada Unesa yang ikut memecahkan persoalan bangsa ini.
“Sehingga kemudian nantinya orang di daerah Magetan dan sekitarnya itu tidak keluar semuanya. Orang miskin di Magetan besok bisa sekolah hanya “bondo” sepeda ontel,” kata Suprawoto.
Suprawoto mengungkapkan, betapa beruntungnya orang Yogyakarta dulu. Hanya “bermodal” sepeda ontel bisa sekolah.
“Ketika keluar dari Yogyakarta mereka punya SDM yang kompetitif tidak lagi menjadi tenaga yang kelas bawah, tetapi mempunyai tenaga-tenaga yang steril yang memadai dan itu kita harapkan di masyarakat Magetan nanti,” tuturnya.
“Nantinya ke depan jika keluar dari Magetan sudah mempunyai tenaga yang kompetitif yang bisa diandalkan dan itu dijawab oleh Unesa,” urainya.
Dalam acara peletakan batu pertama pembangunan UNESA di Magetan menjadi saksi untuk semuanya.
Menurut Suprawoto ini merupakan jalan panjang seperti yang diceritakan oleh Nurhasan Rektor UNESA dan Suprapto Wakil Rektor UNESA.
Dalam pembangunan Unesa DI Magetan Suprawoto mengaku sempat diprotes universitas swasta di Magetan.
“Mereka protes kenapa tidak membesarkan universitas yang di Magetan,”herannya.
Sambung Suprawoto dalam sambutanya, “Coba kita berkaca, “mohon maaf” ini terpaksa saya sampaikan di forum yang berbahagia ini, tidak pernah ada perguruan tinggi swasta di Magetan itu kalau tidak ada inang universitas negeri yang maju,” jelasnya.
Lanjutnya, kecuali di Kabupaten Salatiga. Karena Kabupaten Salatiga ada Universitas Kristen Satya Wacana yang berdiri sejak tahun 1950, memerlukan waktu yang begitu panjang dan didanai dari luar negeri yang besar.
“Kita llihat Universitas Muhammadiyah Malang besar, karena ada Universitas Brawijaya besar, UMS Solo besar karena ada UNS besar. Jadi universitas negeri itu tidak mematikan universitas swasta. Tidak sama sekali,” tegasnya.
Ini perlu menjadi catatan, sambung Suprawoto, “ Justru sumber daya manusia universitas negeri itu bisa digunakan untuk memajukan universitas swasta dan itu terbukti di mana-mana di Indonesia,” jelas Suprawoto lagi.
Oleh sebab itulah ini harus menjadi perhatian catatan bahwa keberadaan UNESA tidak akan mematikan perguruan tinggi swasta. “Coba kita tengok di berbagai universitas swasta yang ada di Indonesia ini besar keberadaanya karena ada universitas negeri yang besar,” pungkasnya.
Jurnalis: Cahyo Nugroho.