SKI News
Adik Kelas Ketua KPK Merasa Lega Setelah Berdialog Dengan Eko Praktis Perajin Sepatu Asal Magetan
Suarakumandang.com, BERITA MAGETAN, Mantan Sekjen Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) Suprawoto mengaku lega setelah berdialog dengan salah satu perajin sepatu di jalan Sawo Selosari, Magetan, Jawa Timur.Kamis, (20/07/2017) lalu.
Kurang lebih dua jam Eko pemilik toko Praktis bersama Suprawoto berdialog mengenai Industri Kecil Menengah (IKM) di Magetan. “Yang kami tangkap dalam dialog tersebut, bahwa perajin sepatu di Magetan kurang perhatian dari pihak pemerintah mengenai pelayanan yang diberikan.,”ujar Suprawoto yang akrab disapa kang Woto.
Magetan terkenal sejak jaman Belanda karena kulit dan perajin kulit. Sudah seharusnya terus dikembangkan, kalau ada program yang menyangkut tentang sepatu sudah semestinya pelaku diajak bicara apa yang mesti dilakukan Pemerintah untuk memfasilitasi dan memecahkan masalahnya.
Dijelaskan pula, dulu birokrasi itu dilayani posisi masyarakat berada di bawah. Sekarang harusnya birokrasi itu melayani masyarakat. “Otonomi daerah, titik beratnya diletakkan di Kabupaten/kota itu maknanya agar birokrasi bisa melayani masyarakat dengan cepat. Sebab itu, keberadaan kabupaten / kota berada di garis paling depan,”jelasnya.
“ Hanya dengan dialog adalah salah satu cara yang baik memecahkan problem yang dihadapi,”terang kang Woto adik kelas Agus Raharjo, Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di SMA N 1 Magetan.
Keluhan lain yang disampaikan Eko Praktis yakni masalah sumber daya manusia , salah satunya dari segi tenaga ahli. Ketika Eko Praktis mendidik perajin selama 2 tahun dan sudah mandiri, tapi tenaga ahli lama pensiun. Diandaikan jika punya toko 10 tambah 2 tapi, yang 2 tutup akhirnya tetap 10. Apalagi ada 4 divisi yang harus terisi terdiri dari design, pemotongan, penjahitan, dan pengeleman. Jadi selama ini akibatnya tidak ada perkembangan pada tenaga ahli.
Hal ini sangat disayangkan karena produk sepatu asal Magetan sudah bisa bersaing. Tetapi justru yang menjadi permasalahan adalah minimnya SDM. Saat masuk 2 tenaga ahli, 2 tenaga ahli pensiun. Hal ini yang membuat Magetan kalah sain dengan daerah lain yang pertumbuhannya semakin pesat.
Masih kata Kang Woto, selain SDM permasalahan juga berada di penempatan sentra industri yang tidak merata.” Harusnya sentra industri itu tidak hanya pada satu tempat, agar konsumen tidak menumpuk pada satu titik. Jadi ada pemerataan,” katanya lagi.
Yang bisa diupayakan adalah duduk bersama membuat sebuah kebijakan. Jadi, itu bukan maunya pemerintah tapi memfasilitasi pelaku utama (perajin, red).” Ojo pemerintah sakarepe dewe,” cetusnya.
Sementara itu Kang Woto yang merupakan putra Daerah asal Magetan, mengharapkan masalah sepatu tidak berlarut larut. Karena sepatu kulit di Magetan merupakan salah satu ikon kebanggaan Magetan. Berharap pemerintah segera menanggapi keluhan para pelaku utama tentang SDM, fasilitas, dan penempatan.”Yang dibutuhkan saat ini adalah pengembangan SDM dengan cara memberi dan membuka tempat pelatihan. Dan merancang penempatan sentra industri agar lebih merata. Saat ini pemerintah harus segera merespon ,”pungkasnya.
Jurnalis: Cahyo Nugroho.